Mengapa Aku Tidak Bisa Memiliki Kehidupan Seperti Dia
Ini Hanyalah Permukaan
Sahabat CINTA_ Kita semua banyak melihat dan menilai beberapa hal hanya dari permukaan. Selebihnya mengira-ngira dan menumbuhkan asumsi yang belum tentu adalah kebenaran. Dengan menggunakan presepsi yang sepihak, kita menarik batas kesimpulan yang berlandaskan ego atau perasaan dangkal yang terasakan.
Semakin dewasa usia, hidup akan menghadapkan kita kepada beberapa pilihan sulit dan juga keadaan tidak menyenangkan yang membuat kita membanding-bandingkan kenyataan hidup yang kita jalani kini dengan pencapaian dan kebahagiaan orang lain yang terlihat "Lebih wah di mata kita".
Di sisi lain berusaha bersikap "Bodoh amat." Sekuat tenaga tetapi sesekali pengakuan naif juga muncul "Mengapa aku tidak bisa memiliki kehidupan seperti dia? Di usia segini pencapaiannya sudah segitu, lah aku belum ada apa-apanya!." Itu masih bising dalam kepala sendiri, belum lagi pertanyaan yang terasa toxic meskipun niatnya menyapa dan memberi motivasi "Kapan sekolah selesai? Kenapa belum menikah? Kok masih sendiri? Dll."
Ketika hidup sesekali atau bahkan seringkali menuntut aku untuk membandingkan hidupku dengan hidup orang lain, atau beberapa pertanyaan netijen yang memicu terjadinya "Bising menyebalkan." Rasanya menarik nafas menjadi beban berat tersendiri. Padahal sudah diberi nikmat bernafas tanpa hambatan dan oksigen gratis tersedia secara bebas di udara. Tapi entah kenapa rasanya seperti ada beban berat tersendiri di dada.
Kau pasti pernah mendengar bahwa, "Hidupmu adalah milikmu dan jangan dengarkan apa kata orang." Tapi kenyataan nya kau masih sering mendengarkan apa yang orang lain katakan tentangmu. Padahal mereka hanya melihat bagaimana caramu berjuang dari permukaan, mereka tidak peduli dengan proses yang telah kau lewatkan dan bahkan mereka tidak tahu berapa kali kau pernah berada pada titik putus asa.
Selain itu kawan, kehidupan orang lain yang lebih cemerlang dibanding hidupmu saat ini, sekali lagi kuberi tahu bahwa; kau hanya melihatnya dari permukaan, kau tidak tahu prosesnya untuk sampai pada titik yang ia jalani kini dan bahkan kau pun tidak tahu apakah dia bahagia dengan kehidupan yang dia jalani saat ini.
Lagi-lagi segala macam prahara duniawi di kepala ini, tertabrak kenyataan paling niscaya bahwa terbaik menurutmu, belum tentu terbaik menurut Tuhan. Kau hanya seorang pejalan, bukan pengendali waktu atau garis takdir kehidupan. Segalanya sudah di perhitungkan oleh Tuhan yang Maha adil dan teliti dengan penuh pertimbangan dan sesuai porsi kemampuanmu sebagai manusia.
Teruntuk segala asumsi yang ngeri, ego yang sesekali menjadi bara api yang nyeri, impian keterlaluan yang belum tentu adalah kebaikan dan sejuta pinta yang senantiasa beranak pinak tanpa berkesudahan. Semoga Tuhan mengampuni.
Semoga ikhlas selalu hadir, syukur selalu di sisi dan kepasrahan setelah berjuang senantiasa setia menemani. Selamat bertumbuh kawan, jadi bunga indah, ya!
Demikian tadi Sahabat CINTA_ pembahasan tentang " Mengapa Aku Tidak Bisa Memiliki Kehidupan Seperti Dia" Semoga bermanfaat , Dan jangan lupa share untuk keluarga juga sahabat kalian. Biar mereka pada tahu kalau kalian adalah orang yang hobbi membaca.. Sampai jumpa dilain pembahasan
Thanks You...
0 Response to "Mengapa Aku Tidak Bisa Memiliki Kehidupan Seperti Dia"
Post a Comment